Subscribe:

Jumat, 10 April 2009

13 Tahun Tenggelamnya PEPPAKA


Salam Pramuka .... !!!!

Saat ini hawa sangat dingin, cahaya bulan temaram menembus pekatnya awan. sayup-sayup suara kentongan di kampung sebelah terdengar membahana membelah kesunyian malam. Ku lirik jam dinding usang yang tergantung di dinding rumahku. "Jam dua pagi ....!!" Gumamku, tanpa reaksi kuhisap kembali rokok yang sedari tadi terselip dijariku. Pandanganku terlempar dengan kosong, tak tentu arah, sementara anganku menerawang ke masa silam, pada suatu masa dimana aku masih dalam pelukan PEPPAKA .

Masa itu begitu membekas dalam ingatan, dan mungkin sampai penghujung hayat, masa itu akan tetap erat melekat dalam memoriku. Ketika aku dan PEPPAKA berkiprah dalam setiap event sosial dan keagamaan.

Masih nyata dalam benakku, ketika PEPPAKA melakukan Tadabbur di Situ Gunung Suka Bumi, di sana kami menautkan rasa kasih. Saling asah, saling asuh dan saling asih, senantiasa membalut ikatan kami. Di Situ Gunung kami tidak membawa bekal yang cukup, maklumlah, personil PEPPAKA adalah sekelompok remaja kere, namun kendatipun demikian, kami tetap kreatif dan inovatif.

Sampai di lokasi perkemahan hujan turun dengan derasnya, sehingga kami harus berjalan merayap menyisiri jalan setapak diantara tebing terjal. Kami mendapat Blok G, satu lokasi yang cukup rimbun dan sedikit latar. Aku, yang pada waktu itu menjadi koordinator lapangan mencoba mengatur segala sesuatunya, karena tidak dimungkinkan untuk memasak, maka Aku memutuskan untuk membagi tugas, Aku dan Entus turun ke bawah, sementara yang lain mendirikan tenda sekaligus menyelamatkan barang-barang dari guyuran hujan.

Di sebuah warung Aku dan Entus membeli beberapa keperluan yang dubutuhkan, termasuk diantaranya minyak tanah. Namun kami sempat berfikir, bagaimana kami memasak dalam keadaan hujan deras, sementara air panas sangat kami butuhkan untuk menjaga kondisi tubuh tetap hangat. Tapi untunglah si Ibu mau membantu memasakkan air untuk kami. Sambil menunggu air masak, kami memakan gorengan dan asik ngobrol,. Setelah air masak kami pamitan dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada si Ibu. Ketika kami membalikan badan hendak ke lokasi perkemahan, kami sangat kaget, karena pandangan hanya berjarak dua meter, kabut turun dengan pekatnya. Akhirnya kami berjalan pelan-pelan menyisiri jalananan setapak yang kami lalui ketika pertama kali kami datang. Di lokasi perkemahan, kepanikan melanda teman-teman, setelah tenda selesai didirikan, mereka khawatir akan keselamatan kami, akhirnya Iis dan Hendra memutuskan untuk menyusul kami. Masya Allah ... sebuah jalinan persahabatan sejati.

Sedikit susah payah aku berjalan dengan keadaan licin dan gelap, sedikit demi sedikit aku dan Entus merayap menuju ke lokasi, namun di tengah perjalanan, aku terperanjat dengan hebat, bagaimana tidak, di tengah hutan, dalam keadaan malam dan guyuran hujan pula, di depanku berdiri sesosok makhluk tak berwajah, tegap sepertinya hendak menyambarku.

"Hei siapa itu ....?" Entus berteriak seraya bersiaga
"Aku ... " Tukas orang itu. Namun akhirnya aku tenang, suara itu begitu akrab ditelingaku, tu suara HEndra. Ia memakai jas hujan menyusulku.

Sebetulnya masih banyak lagi peristiwa manis kami bersama PEPPAKA. namun di atas adalah penggalan kisah yang begitu mengesankan.

Lima Belas orang personil PEPPAKA berjibaku dalam setiap kegiatan. Iin, Hendra, Cucu, Dwi, Agus Koboy, Agus Kakak, Ikah, Linda, Ikhsan, Entus, Sam, Ida, Rini, Iis dan Alfin. Lima belas remaja ini berkomitmen untuk tetap bersama. Namun kami sadar, terkadang memang sebuah komitmen sedikit demi sedikit terkikis oleh realita. dan akhirnya simpul ikatan PEPPAKA mulai terbuka, hingga PEPPAKA tergeletak lemah tanpa daya.


Kuhisap kembali rokokku ..... asapnya mengepul jauh ke atas, bergerak mengikuti desiran angin malam yang dingin.

"Tolong ... tolong." Sayup-sayup terdengar suara yang entah dari arah mana

Aku terperanjat dan bangkit dari diamku selama ini, kucari dn terus kuamati suara itu, namun tetap saja tak kutemukan asal suara itu. Aku kembali terdiam .....

"Lupakah kau padaku .... ?"

Aku kembali terperanjat, namun suara itu sangat jelas... tapi dari arah mana .... ????

"Aku adalah PEPPAKA yang selama ini tergolek tanpa daya. Selama ini Aku ditinggalkan dengan tanpa kepedulian..."

Aku tidak dapat menjawab, mulutku terkunci rapat ....

"Aku adalah ruh yang jasadnya kau telantarkan..." Kembali suara itu merintih seakan menahan sakit.

"Tahukah ... tanpa kalian sadari PEPPAKA memiliki ruh, ruh itu terus mengayomi dan mengikat kalian dengan kasih sayang. Ruh itu membimbing kalian sehingga kalian menjadi remaja yang cukup bermartabat. Ruh itu mengisi jiwa kalian dengan kepekaan sosial. Ruh itu Menentramkan kalian dengan jalinan kedamaian. Namun kini ruh itu telah berpisah dengan jasadnya. Ruh-ku melayang-layang jauh ke sebuah tempat yang tak kalian ketahui, namun aku melihat kalian. Kalian begitu sibuk dengan berbagai aktifitas dengan tanpa memperdulikan seonggok jasad yang tergolek lemas. Lihat sudut mata jasad itu ...!!! kendati ia telah terpisah dari ruh-nya, i
a masih meneteskan air mata, itu membuktikan masih ada harapan dalam jasad itu, karena ruh yang melayang-layang akan kembali mengisi jasadnya dengan sebuah komitmen dari kalian. Namun kemanakah perginya komitmen itu ,,,??? leburkah komitmen yang dulu sempat diikrarkan ...???

Saudaraku .... !!!

Di atas adalah perbincanganku dengan PEPPAKA. Ternyata tanpa kita sadari PEPPAKA memiliki ruh. dan ruh itu yang menyatukan kita semua. Kita sadar, bahwa jauhnya jarak antara kita dan berbagai aktifitas yang menopang kebutuhan kita adalah penyebab hilangnya kebersamaan. Namun kita berharap, dan coba menyamakan persepsi, bahwa kebersamaan bukan berarti selalu harus bersama seperti dulu.

Ingatkah kalian ... bahwa PEPPAKA adalah sebuah komunitas non govermental, yang terdiri dari 15
orang personil yang solid. Tahun 1995 adalah masa kejayaan PEPPAKA, bahkan PEPPAKA mampu mewarnai setiap even di daerah kita. PEPPAKA mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan lingkungan, PEPPAKA mampu menautkan jalinan kasih. Namun saudaraku ..... jangan biarkan PEPPAKA histeris lagi. Tergoleknya jasad PEPPAKA disebabkan karena rapuhnya regenerasi kita. Kita tidak memiliki generasi yang kuat untuk menopang jasad PEPPAKA, sehingga ruh PEPPAKA tidak sudi mengisi jasadnya.

Ingatkah kalian .... Situ Gunung, Perkemahan PW II cabang, Pentas Drama, Kegiatan Ramadhan, dan banyak lagi kegiatan yang menjadikan kita manusia yang mempunyai prinsip. Lupakah kita akan semua itu ......

Kini untuk mengenang 13 tahun PEPPAKA, kita semua berharap semoga jalinan yang dulu pernah bertaut, masih membekas di hati kita semua ... Amin.

Untuk mengenang masa-masa kejayaan PEPPAKA, kita hayati foto-foto ini download disini

*) Buat Dwi, Thank's berat atas dokumentasinya, semoga ini bisa menjadi media pemersatu kita. Amin

1 komentar:

me mengatakan...

berkunjung bawa berita, yg mau domain dot gratis 1 tahn, silahkan klik di www.rizaladha.com ,waktu terbatas loh :)

Posting Komentar