Subscribe:

Minggu, 29 Maret 2009

Merubah Paradigma Pendidikan di Kota Kecil


Pendidikan adalah syarat mutlak seluruh umat manusia, agar tetap dapat eksis sebagai insan Tuhan yang bermartabat. seluruh daya dan upaya tentunya harus dilakukan, agar predikat “manusia berpendidikan” disandang seseorang. Namun hal ini tidaklah mudah, karena banyak sekali faktor yang sedikit banyaknya membarier seseorang mengenyam pendidikan. Salah satu diantaranya adalah mahalnya biaya pendidikan di negeri ini. Kendati Pemerintah RI telah memberikan subsidi yang sangat spektakuler dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, diberikannya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sepertinya perogram tersebut masih belum dapat memberikan manfaat secara komprehensif.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tersendatnya mutu pendidikan;

Pertama; Dana BOS diturunkan per satu semester dengan pembayaran dilakukan sebanyak 3 (tiga) bulan sekali, ditransfer langsung ke rekening sekolah via kantor pos. Turunnya Dana BOS tidak pada awal semester, tetapi pertengahan semester, misalnya untuk Tahun Pelajaran 2008/2009 semester II, dana BOS baru turun pada bulan Maret. Sungguh ironis, karena sejak bulan Januari sekolah sangat membutuhkan dana untuk operasional. diantaranya saja yang paling urgen adalah kebutuhan ATK dan pembayaran Honorarium Guru Honorer. Sementara sekolah tidak diperbolehkan memungut dana dari masyarakat dengan alasan apapun, walhasil pembayaran Honor Guru Honorer dilakukan 3 (tiga bulan sekali). Maka jika hal ini terus berlarut0larut tanpa ada action konkrit, maka sekali lagi, Peningkatan mutu pendidikan di Republik ini akan terhambat.

Kedua; Khusunya di Kota kecil, sudut pandang manajemen sekolah harus diubah, dari manajemen klasikal menjadi manajemen yang berbasis sekolah dengan mengedepankan asfek mutu di daerahnya itu sendiri. Manajemen Klasikal yang saya maksud adalah, pengelolaan sekolah yang tidak mengikuti pola pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta dikelola dalam tatanan administrasi yang baik.
Masih banyak sekolah yang belum dapat menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Mereka hanya datang ke sekolah, mengajar, memberi tugas, dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Padahal didepan sana seribu satu macam tantangan membentang, dunia tidak hanya Tigaraksa saja, Dunia Tidak hanya Tangerang saja, Dunia Tidak hanya Bogor saja. Dunia sangat luas dengan kemajuan dan karakteristik zaman yang terus berkembang. OLeh karenanya sekolah sedapat mungkin harus mengawali perubahan dengan membuka paradigma pengelolaan pendidikan pada Pengelolaan Lembaga secara komperehensif. Pengelolaan Lembaga secara komperehnsif meliputi :

1. Manajemen Tata Laksana Kantor
2. Menyediakan Tenaga Teknis, baik tenaga teknis akademik (guru) maupun tenaga
teknis non akademik (TU, Pustakwan, Bendaharawan, Penjaga Sekolah, Pembimbing
Ekstrakurikuler)
3. Manajemen Keuangan yang tepat guna
4. Jalur Koordinasi dengan instansi terkait terjalin secara prosedural dan terarah
5. Niat ikhlas dan tulus dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

Selamat Berjuang ....... !!!

1 komentar:

Fey mengatakan...

Alhamdulillah kang. sekarang mestinya para profesional di pendidikan turut serta membangun opini positif di masyarakat meskipun media ini belum begitu akrab dengan masyarakat kita khususnya. teruskan kang!

Posting Komentar